Serbuk Propolis: Inovasi Baru dari Teknologi Pengeringan Semprot
Berita Terkini
M. Iqram (Mu'Iq)

Serbuk Propolis: Inovasi Baru dari Teknologi Pengeringan Semprot

Propolis selama ini dikenal sebagai salah satu “harta karun” yang dimiliki lebah selain madu. Zat resin yang dikumpulkan dari berbagai tanaman di sekitar sarang ini sejak lama dimanfaatkan masyarakat di berbagai negara sebagai bahan obat tradisional, suplemen kesehatan, hingga kosmetik. Namun, di balik manfaatnya, propolis memiliki keterbatasan besar: teksturnya keras seperti lilin pada suhu dingin, berubah lengket ketika hangat, beraroma khas, pahit, dan sulit larut dalam air. Sifat-sifat itu membuat propolis tidak mudah diformulasikan dalam produk kesehatan maupun pangan modern.

Kendala inilah yang mendorong tim peneliti dari Fakultas Teknik Universitas Indonesia untuk mencari terobosan. Mereka mengembangkan metode mikroenkapsulasi propolis dengan teknik spray drying atau pengeringan semprot. Melalui cara ini, propolis cair diubah menjadi bubuk halus berukuran 1–20 mikrometer. Proses cepat dengan pemanasan singkat membuat komponen aktif di dalamnya tetap terjaga. Peneliti menggunakan maltodekstrin dan gom arab sebagai bahan penyalut yang melapisi setiap droplet propolis, sehingga serbuk yang dihasilkan lebih stabil, lebih larut dalam air, dan lebih nyaman digunakan.

Hasilnya cukup menjanjikan. Uji laboratorium menunjukkan efisiensi mikroenkapsulasi mencapai lebih dari 90 persen, kelarutan serbuk dalam air meningkat hingga di atas 92 persen, dan aktivitas antioksidan tetap terjaga. Nilai EC50—indikator kemampuan menangkal radikal bebas—berada di kisaran 10–200 µg/mL, sebanding dengan ekstrak propolis sebelum diproses. Dengan kualitas ini, serbuk propolis dinilai layak menjadi bahan baku obat herbal, suplemen, maupun kosmetik.

Gambar 1: Aktivitas Antioksidan Propolis

Mengenai arah dan tujuan dari inovasi ini, Dr. Muhamad Sahlan, S.Si., M.Eng, selaku inventor utama menegaskan: “Harapan kami, teknologi ini mampu membawa propolis ke level industri. Dengan bentuk serbuk yang stabil, mudah larut, dan memenuhi standar mutu, propolis bisa lebih luas digunakan sebagai bahan baku obat herbal, kosmetik, dan pangan. Jadi bukan hanya riset di laboratorium, tetapi benar-benar hadir untuk masyarakat,” ujarnya.

Pernyataan tersebut menegaskan bahwa inovasi ini bukan sekadar percobaan teknis, melainkan langkah strategis untuk membuka jalan hilirisasi produk berbasis bahan alam. Apalagi, propolis memiliki potensi pasar yang besar seiring meningkatnya tren masyarakat terhadap gaya hidup sehat dan produk alami. Dari perspektif industri, inovasi ini mendapat dukungan positif. Chairul Hudaya, Ph.D., menilai pendekatan ini sebagai contoh nyata bagaimana riset akademik bisa menjawab kebutuhan masyarakat sekaligus industri. “Transformasi dari propolis cair yang sulit diformulasikan menjadi serbuk yang stabil dan mudah digunakan adalah lompatan penting. Inovasi seperti ini membuktikan bahwa hasil riset kita tidak berhenti di jurnal, tapi bisa memberi nilai tambah pada produk lokal dan memperkuat daya saing industri herbal Indonesia,” jelasnya.

Gambar 2: Kandungan Fenolik dan Flavonoid Total

Lebih jauh, pemanfaatan teknologi spray drying juga memberikan keuntungan dari sisi keberlanjutan. Prosesnya relatif efisien, mampu menghasilkan rendemen tinggi, dan menggunakan bahan penyalut yang aman serta telah dikenal luas dalam industri pangan. Dengan sumber daya lebah yang berlimpah di berbagai daerah di Indonesia, rantai produksi serbuk propolis dapat mendukung ekonomi lokal, mulai dari peternak lebah hingga industri pengolahan.

Potensi jangka panjang dari inovasi ini tidak hanya terbatas pada pasar domestik. Jika kualitas dan standarisasi terus dijaga, serbuk propolis berpeluang menembus pasar internasional sebagai bahan baku herbal dan kosmetik yang kompetitif. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah mendorong hilirisasi riset dan peningkatan ekspor produk bernilai tambah.

Dengan demikian, teknologi mikroenkapsulasi propolis melalui pengeringan semprot bukan sekadar menjawab masalah teknis kelarutan dan stabilitas. Ia adalah simbol dari bagaimana riset, inovasi, dan kebutuhan industri dapat bertemu di satu titik: menghasilkan produk alami yang bermanfaat bagi kesehatan, berdaya saing di pasar, dan memberdayakan masyarakat.

 

Penulis: M. Iqram

Hai, ada yang bisa kami bantu terkait IPIS UI?

WhatsApp Kirim Pesan via WhatsApp
WhatsApp